Powered By Blogger

Minggu, 04 November 2012

Misteri Planet Hercolobus atau Planet X


*
Dalam karya bukunya ini V.M. Rabolu akan menggambarkan secara detil suatu bencana yang akan dialami umat manusia dalam waktu yang singkat oleh pergerakan suatu benda berukuran raksasa dan apa yang kita bisa perbuat untuk menghindarinya.
Dalam teori tabrakan Nibiru, banyak versi mengenai teori ini. Tabrakan Nibiru adalah pertemuan Bumi dengan planet besar (baik berupa tabrakan maupun hampir menabrak) yang dipercaya akan terjadi pada awal abad ke-21.

Zeta Reticuli, Zeta Reticuli-A (kiri) dan Zeta Reticuli-B (kanan)
Penganut peristiwa ini menyebut obyek yang mendekati Bumi itu sebagai Planet X atau Nibiru.
Ide ini pertama kali diusulkan oleh Nancy Lieder tahun 1995. Lieder menyatakan dapat menerima pesan dari makhluk ekstraterestrial dari sistem Zeta Reticuli (id|en).
Ia memperingati manusia bahwa benda tersebut akan melewati tata surya pada Mei 2003 (nantinya diubah menjadi 2010), menyebabkan pergeseran kutub bumi yang akan menghancurkan peradaban umat manusia. (baca: Pole Shifts: Kutub Utara dan Selatan Sedang Berpindah Akibatkan Anomali Cuaca)
Ramalan tabrakan ini menyebar di luar situs Lieder, dan dipercaya oleh grup-grup yang menghubungkan tabrakan Nibiru dengan ramalan kiamat 2012.
Meskipun nama “Nibiru” berasal dari karya Zecharia Sitchin mengenai astronot kuno, Sitchin sendiri membantah hubungan antara karyanya dengan bencana yang akan datang.

Lintasan "planet-X" sangat lonjong membuat planet ini tak terlihat pada saat menjauhi matahari
Usul bahwa obyek sebesar planet akan menabrak bumi pada masa depan tidak didukung oleh bukti ilmiah dan dianggap sebagai ilmu semu.
Namun, ketakutan  akan tabrakan Nibiru menyebabkan kepanikan pada publik, salah satunya adalah planet Hercolubus.
Para ilmuwan juga ada yang berpendapat bahwa sistim tatasurya ini tak akan terjadi seperti sekarang tanpa ada satu planet gas lagi.
Nah, teori inilah yang tambah meyakinkan bahwa masih ada satu planet gas besar yang hingga kini belum terdeteksi. (baca: Seharusnya Masih Ada Satu Planet Lagi Dalam Tatasurya, Kemana Planet Itu?)
Para peneliti berteori macam-macam, ada yang meyakini bahwa planet-X tersebut sudah terpental menjauhi sistim tata surya dan tak kenmbali, namun ada juga yang berpendapat bahwa planet-X tersebut hanya sedang menjauhi matahari hingga ke daerah sabuk Kuiper atau awan Oort namun akan mendekati matahari kembali menurut garis edarnya yang lonjong.
Karena garis edarnya yang lonjong inilah yang membuat planet-X ini mendekati matahari hanya dalam periode beberapa ribu tahun sekali dan sulit terdeteksi.
“Mari kita memperbincangkan tentang Hercolubus atau planet merah, yang mana saat ini sedang mendekati Bumi. Menurut beberapa versi ilmiah, bahkan telah memperkirakan, menimbang dan mengukur garis tengahnya, seolah-olah adalah mainan anak-anak, tetapi nyatanya tidak seperti itu.”

Perbandingan planet Bumi (kiri) dan planet Yupiter, planet terbesar di tatasurya (tengah) dengan planet Hercolubus (kanan)
“Hercolubus, atau planet merah, adalah lima atau enam kali lebih besar dari Jupiter. Ini merupakan planet raksasa yang sangat besar dan tidak ada yang dapat mengalihkannya”.
“Ada celah dalam yang sangat besar di dasar laut, yang mana telah berhubungan dangan api di dalam bumi.”
“Ini tiba secara langsung ke ekperimen atom yang dilaksanakan oleh ilmuwan dan kekuasaan-kekuasaan yang percaya bahwa diri mereka sendiri adalah yang maha kuasa.”
Mereka belum mempertimbangkan konsekuensi kekejaman atau kekejian yang telah mereka lakukan dan bahkan terus mereka lakukan, melawan planet maupun umat manusia”.

Lintasan planet Hercolubus terhadap matahari.
“Oleh karena celah pasang surut ombak ini, gempa Bumi dan berbagai hal lain yang mengerikan akan terjadi di air dan di atas daratan.”
“Tidak ada kota pesisir yang tidak akan dihanyutkan dan daratan akan mulai karam ke dalam samudera karena poros Bumi mulai bergeser sebagai suatu hasil dari semua eksperimen yang dilaksanakan”.
“Posisi Bumi tidak pada posisi yang benar dan ini berkombinasi dengan guncangan, gempa bumi dan ombak pasang surut, yang akan menyebabkan pergeseran kutub sepenuhnya dan penenggelamannya akan mulai.”
“Jangan pergi dan berpikir, pembacaku yang terhormat, bahwa planet akan karam mendadak. Ini adalah peristiwa yang lama, lambat dan…”.
“Pembacaku yang Terhormat: Aku berbicara sangat jelas sehingga anda dapat mengerti kebutuhan untuk memulai bekerja serius seperti seorang yang bekerja akan diselamatkan dari bahaya”.
Ini bukan untuk teori atau diskusi belaka. Sebagai gantinya, pengajaran yang benar yang saya berikan di buku ini perlu dialami. Tidak ada sesuatu lain yang bisa kita gunakan untuk menolong”.
V.M.Rabolu
*
HERCOLUBUS, PLANET YANG MENDEKATI BUMI KITA
Untuk Ilmu Pengetahuan jaman sekarang ada pertanyaan-pertanyaan yang tak ada jawabannya tentang mekanisme perbintangan. Salah satu dari pertanyaaan itu ialah mengenai pendekatan Hercolubus, planet yang disebut demikian oleh ilmu pengetahuan yang kuno dan yang mana pende katannya ke sistem tata surya kita bukan hanya kenyataan yang akan segera terjadi, yang akan dilihat oleh semua orang, tetapi juga mengaki batkan guncangan-guncangan yang sangat besar di seluruh pelosok dunia.
Seperti perputaran kehidupan, semuanya kembali ke awalnya dan ke
akhirnya, karena sudah terjadi pendekatan Hercolubus sebelumnya yang menghancurkan kebudayaan Atlantis.

Bumi, Bulan dan Hercolubus
Fakta-fakta ini, yang dikenal baik oleh semua manusia yang sepanjang sejarah memiliki “Kesadaran yang Menggugah”, sudah diceritakan sebagaimana mestinya melalui semua “Air Bah Universal” dari berbagai agama dan kebudayaan.
Sepanjang zaman, para penulis yang bermacam-macam sejak dulu telah berbicara tentang fenomena kosmis seperti itu.
Salah satu darinya, V.M. Rabolu, adalah seorang manusia yang memiliki kepandaian dari Kesadaran yang Menggugah yang mengijinkannya menyelidiki tentang pendekatan planet tersebut. Inilah beberapa paragraf dari karyanya yang berjudul “Hercolubus atau Planet Merah”.
“Kalau Hercolubus datang semakin dekat dengan Bumi dan sejajar dengan Matahari, wabah-wabah yang membawa maut akan mulai berkembang dan menyebar di seluruh planet. Para dokter dan ilmu pengetahuan resmi tidak mampu mengidentifikasi penhakit-penyakit ini atau menemukan cara penyembuhannya. Mereka tidak akan berdaya menghadapi wabah-wabah ini.”
“Kemudian datang kejadian yang menyedihkan dan kegelapan : gemetaran, gempa bumi dan gelombang tsunami. Manusia akan mengalami gangguan jiwa, karena mereka tidak bisa makan atau tidur. Dalam menghadapi bahaya, mereka akan pergi berbondong-bondong untuk melemparkan diri ke jurang yang curam sebab mereka betul-betul gila.”
“Apa yang saya nyatakan dalam buku ini adalah suatu ramalan yang akan segera terjadi, karena saya tahu dan sangat yakin dengan akhir planet kita. Saya tidak ingin menakutkan siapa pun, hanya memperingatkan sebab saya merasa sangat cemas tentang Umat Manusaia yang lemah ini. Peristiwa-peristiwa ini tidak akan menunggu dan tidak ada waktu lagi untuk dihamburkan dengan hal-hal yang khayal.”

Gravitasi normal (kiri) Gravitasi saat Hercolubus mendekati Bumi (tengah) dan gravitasi Hercolubus yang kuat akan membuat Bumi menjadi lonjong (kanan)
Dalam buku ini V.M.Rabolu mengajarkan dengan jelas cara penghilangan cacat atau kekurangan psikologis dan teknik proyeksi perbintangan sebagai satu-satunya rumusan yang ada untuk menghindarkan diri dari kataklisme yang akan datang Beliau mengkahiri dengan berkata :
“Pembaca yang terhormat, saya berbicara dengan sangat jelas supaya
anda mengerti keperluan yang ada untuk mulai bekerja dengan serius.
Karena ia yang sedang bekerja akan selamat dari bahaya. Ini tidak
berarti bahwa manusia harus mengembangkan teori-teori dan diskusi-
diskusi, tetapi sypaya mereka mengalami pengajaran yang murni yang saya berikan di buku ini, karena tidak ada lagi jalan keluar”.

Kamis, 01 November 2012

Astronom asal Indonesia menemukan planet tertua di alam semesta


Astronom asal Indonesia, Dr. Johny Setiawan, bersama dengan ilmuwan-ilmuwan Eropa baru saja menemukan sistem keplanetan yang unik. Sistem keplanetan ini beranggotakan dua planet yang mengorbit bintang HIP 11952, masing-masing dalam waktu 7 dan 290 hari.
Ilustrasi sistem keplanetan HIP 11952. Tampak di latar belakang galaksi-galaksi yang baru terbentu. Kredit: Timotheos Samartzidis
Bintang HIP 11952 tergolong bintang yang sangat tua. Usianya sekitar 13 milyar tahun,  hampir seumuran dengan alam semesta! Selain itu, bintang ini mengandung unsur logam sedikit sekali, hal yang sulit dijelaskan oleh teori pembentukan planet pada saat ini. Penemunya menamakan sistem keplanetan tersebut dengan nama populer Sanaatana, yang  diambil dari bahasa Sansekerta dan bermakna kekal atau purba. Penemuan ini menunjukkan adanya proses pembentukan planet pada masa awal terbentuknya alam semesta.
Teori pembentukan planet yang jamak diterima saat ini adalah bahwa planet terbentuk dalam piringan cakram gas dan debu yang mengitari bintang muda. Proses pembentukan planet sangat rumit dan hingga kini masih terbuka luas untuk diteliti lebih detil. Lebih dari 750 planet di luar Tata Surya telah ditemukan dan astronom mendapati sistem keplanetan tersebut beraneka ragam. Akan tetapi, ada kecenderungan tertentu, yaitu bintang yang mempunyai kandungan unsur logam tinggi berpeluang besar mempunyai planet. Dalam astronomi, unsur “logam” berarti unsur yang lebih berat dari hidrogen dan helium.
Perlu diketahui bahwa pada mulanya unsur yang ada di alam semesta nyaris hanya hidrogen dan helium. Hampir semua unsur berat diproduksi dalam bintang dan dilontarkna ke ruang angkasa saat bintang masif mengakhiri hidupnya dengan ledakan supernova. Dengan demikian, sampai di mana batas kandungan unsur-unsur berat yang dimiliki bintang agar masih dapat membentuk planet? Apakah bintang-bintang pertama di alam semesta juga bisa membentuk planet?
Dr. Johny Setiawan, astronom asal Indonesia dan pernah meneliti bertahun-tahun di Max-Planck-Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman, menemukan dua exoplanet yang mengorbit bintang HIP 11952, sebuah bintang di rasi Cetus, sekitar 375 tahun cahaya jauhnya dari kita. Mereka mendeteksi sistem keplanetan itu dengan menggunakan metode kecepatan radial, sebuah teknik yang kerap digunakan dalam kurun 20 tahun terakhir untuk mencari planet-planet di luar Tata Surya. Dengan teknik ini, astronom mengukur pergerakan bintang induk yang disebabkan oleh objek-objek tak tampak yang mengitarinya. Pergerakan ini bisa dilacak melalui pergeseran garis-garis spektrum bintang tersebut dengan menggunakan spektrometer. Spektrometer yang digunakan Dr. Johny Setiawan dan timnya adalah FEROS (Fibre-fe Extended Range Optical Range Spectrograph) yang dipasang pada teleskop berdiameter 2,2 meter yang berada di Observatorium La Silla di Chile. Mereka telah mengamati bintang HIP 11952 sejak tahun 2009 hingga 2011.
Kedua exoplanet tersebut, HIP 11952 b dan HIP 11952 c, merupakan planet gas raksasa dengan massa setidaknya 2,93 dan 0,8 kali massa Planet Jupiter, dan mengorbit bintang induknya dengan periode 290 dan 7 hari. Planet-planet tersebut unik. Keunikannya terletak pada fakta bahwa mereka mengorbit bintang yang memiliki kandungan unsur  logam sangat rendah (yaitu sekitar 1% dari kandungan logam Matahari) dan berusia sangat tua. Bintang semacam ini langka ditemukan di sekitar Matahari. Umumnya bintang-
bintang yang berada di sekitar Matahari mempunyai kandungan logam yang relatif tinggi dan berusia kurang dari 10 milyar tahun.
Penemuan Dr. Johny Setiawan dan kawan-kawan ini membantu menjawab pertanyaan di atas. “Kedua planet yang mengitari HIP 11952 membuktikan bahwa planet-planet ternyata memang dapat terbentuk di sekitar bintang yang kandungan logamnya sedikit,” kata Dr.
Johny Setiawan, yang memimpin penelitian tersebut. “Pada tahun 2010 lalu, kami juga menemukan planet di bintang HIP 13044 yang juga berkandungan unsur logam sedikit. Dahulu kami beranggapan bahwa itu hanya pengecualian saja. Namun sekarang, mungkin masih banyak planet-planet di sekitar bintang yang memiliki kandungan unsur logam sedikit,” ujar Dr. Veronica Roccatagliata dari
University Observatory Munich, yang juga memimpin survei pencarian planet di sekitar bintang berkandungan unsur logam rendah.
Dengan usia 12,8 milyar tahun, untuk saat ini sistem keplanetan HIP 11952 memegang rekor sistem keplanetan tertua yang pernah ditemukan. Usia alam semesta sendiri diperkirakan sekitar 13,7 milyar tahun dan bintang tertua yang ditemukan di galaksi Bima Sakti diperkirakan berusia 13,2 milyar tahun (sebagai perbandingan Matahari kita berusia 4,5 milyar tahun.). Dengan demikian, bisa dikatakan sistem keplanetan HIP 11952 terbentuk saat galaksi Bima Sakti belum sempurna terbentuk atau malahan belum terbentuk. Bintang-bintang semacam itu termasuk bintang Populasi II, yaitu bintang-bintang tertua di Bima Sakti.
“Ini bisa diumpamakan menemukan benda arkeologi di pekarangan rumah sendiri, karena sistem planet ini terbentuk ketika galaksi kita sendiri masih bayi, dan temuan ini ternyata tidak jauh jaraknya dari bumi, hanya sekitar 375 tahun cahaya.”, kata Dr. Johny Setiawan yang sekarang mengabdikan diri di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Berlin. “Sebenarnya pernah diduga bahwa planet tersebut berasal dari stream bintang-bintang dari luar galaksi, seperti HIP 13044. Bintang-bintang semacam itu sangat menarik untuk mempelajari pembentukan planet di bintang-bintang berunsur logam rendah” lanjut Dr. Rainer Klement, yang mempelajaristream bintang-bintang di Bima Sakti. “Kami sangat tertarik untuk meneliti lebih lanjut apakah masih banyak sistem keplanetan seperti yang kami temukan. Hal ini menunjukkan bahwa planet-planet ternyata sudah terbentuk sejak permulaan terbentuknya alam semesta“, ujar Dr. Anna Pasquali dari Center for Astronomy Heidelberg, yang juga ikut dalam penelitian ini.

Misteri Lubang Hitam


Lubang hitam memiliki ukuran yang sangat luar biasa besarnya saja miliaran kali besar matahari semua benda yang berada di dekatnya maka akan di sedot kedalam lubang hitam kini besarnya semangkin menghawatirkan sudah banyak benda yang di hisapnya sehinga ukuranya semangkin tamabah besar.
Para peneliti dari University of Leicester di
Inggris dan Monash University di Australia mengungkapakan hasil temuanya lubang hitam bisa tumbuh sangat besar dalam waktu sangat cepat.

Lubang hitam tumbuh dengan menghisap gas yang membentuk sebuah disk di sekitar lubang dan spiral dalam dan baiasanya lubang hitam tidak bisa dengan cepat tumbuh kini dengan adanya tabrakan antara benda lubang hitam kini tumbuh dengan cepat dan bisa saja sebsar alam semsta dan menyedot apa aja.
“Lubang hitam tumbuh sangat cepat setelah peristiwa Big Bang,” katanya. Lubang hitam tumbuh dengan menyedot gas yang ada di semesta.
“Perhitungan kami menunjukkan, lubang hitam bisa tumbuh seribu kali lebih cepat ketika menghisap gas,” kata Chris Nixon dari Leicester.
Setiap galaksi memiliki lubang hitam seperti Galaksi Bima Sakti yang memiliki lubang hitam dengan berat miliaran kali berat dari matahari
“Hampir tiap galaksi memiliki lubang hitam di pusatnya,” kata peneliti Leicester, Andrew King seperti dikutip UPI.
Yang menjadi ketakutan saat ini adalah dengan pertumbuhan besar lubang hitam yang sangat cepat maka lubang hitam ini bisa saja menghisap semua yang ada di galaksi bima sakti salah satunya bumi bisa saja terisap di dalamnya.

 Contoh gambar dari lubang Hitam :

Nebula Orion


Nebula Orion atau yang lebih dikenal dengan Messier 42 merupakan salah satu nebula yang dapat dilihat tanpa menggunakan peralatan astronomi seperti teleskop dan binocular. Nebula orion terletak di rasi orion dan berjarak dengan bumi kita sejauh 412 parsec atau sekitar 1400 tahun cahayaTerdiri atas gas hidrogen dan helium, Nebula sejati nya merupakan awan debu antar bintang. Dalam foto ini kita melihat adanya gumpalancahaya terang diantara awan yang berwarna merah muda. Ditempat inilah bintang-bintang baru akan dilahirkan membentuk tatasurya baru maupun bintang tanpa planet. Karenanya layak jika nebula dikatakan sebagai rahim bintang “The womb of star”
berikut gambar dari nebula orion :